Once upon a time …
In a far away land …
There lived a married couple, The Baker and His Wife …
Their only wish, more than anything in the world, was having a child …
One day, harshly came The Witch telling them she had cursed them childless …
She could reverse the curse, only if they brought her four items in three days …
Without further ado, The Baker and His Wife went in search for those things …
And there the adventure began …
Finding the things …
Finding themselves …
Finding how marriage should work between them …
In the most dangerous place there was …
… into the woods.
Alkisah saya sedang mengantisipasi kehadiran sebuah film musikal terbaru dari Hollywood di Jakarta ini, sebuah adaptasi dari Broadway musical bertajuk INTO THE WOODS. Dalam penantian ini, saya tentunya tidak bisa diam. Yang saya lakukan adalah blusukan ke dalam rimba internet mencari informasi berbentuk tulisan, audio maupun video terkait film ini dan Broadway musical aslinya. Singkat cerita, saya menemukan lagu IT TAKES TWO didalamnya, dan langsung jatuh cinta pada maknanya.
Kisah filmnya sendiri lebih dari sekedar usaha pasangan suami istri The Baker and His Wife ini dalam mencari empat barang khusus yang diminta oleh nenek sihir The Witch. Tapi saya tidak akan membahasnya disini. Saya hanya akan fokus mengelaborasi makna lagu jenaka, sederhana dan mengena ini untuk sebuah rumah tangga.
Sebelum kita membahas lirik demi lirik, ada baiknya kita simak penampilan sepasang penyanyi senior yang merupakan aktor dan aktris pertama pemeran karakter The Baker and His Wife diatas panggung Broadway. Ini linknya http://www.youtube.com/watch?v=qNm-0cuzujU Lagu ini sungguh membuai saya dari awal hingga akhir dengan chemistry indah yang terbangun dari kedua penyanyinya. Jangan berhenti menonton sampai detik terakhir ya, karena disana ada kejutan hangat yang memaksa bibir saya tersenyum simpul, pipi saya memerahjambu, dan mata saya melengkung sayu. It’s a real oh-so-sweet moment right there!
Sekarang, mari kita maknai lagu ini.
THE BAKER’S WIFE
You’ve changed, you’re daring
You’re different in the woods
More sure, more sharing
You’re getting us through the woods
If you could see
You’re not the man who started
And much more openhearted
Than I knew you to be
Dikisahkan saat lagu ini dinyanyikan, mereka sudah menemukan tiga dari empat barang yang mereka cari, jadi mereka sudah melewati tiga perempat dari petualangan mengembara di hutan belantara berdua.
Sang istri senang, suaminya tampak beda. Sang suami jadi lebih berani, lebih percaya diri, lebih mau berkomunikasi, bahkan bercerita dari hati ke hati. Nah, bagi pembaca yang sudah berumah tangga, terutama para istri, senangkah kalau suaminya jadi begini? Senang tentunya. Tapi sayangnya tak ada perubahan yang terjadi tanpa sebab. Dan penyebab perubahan diri seringkali tidak berasal dari kenikmatan, melainkan kesusahan.
THE BAKER
It takes two
I thought one was enough, it’s not true
It takes two of us
You came through
When the journey was rough, it took you
It took two of us
It takes care
It takes patience and fear and despair to change
Though you swear to change
Who can tell if you do?
It takes two
Sang suamipun menjadi makin bijaksana. Demi introspeksi kehidupan rumah tangganya, dia bilang kepada istrinya, “Aku tidak bisa sendiri, karena butuh dua orang untuk menjadikan rumah tangga ini bahagia. Bantuanmupun berguna bagi perjuangan kita.”
Para suami biasanya ingin dianggap bisa melakukan apa saja, istrinya nggak perlu tahu masalah yang dihadapinya. Itu namanya berkuasa di mata istri. Wajarlah. Tapi sejatinya, selain punya ego kuasa, dia juga punya cinta buat istrinya. Itupun bisa jadi alasan buat suami untuk tidak mau ngrepotin istrinya. Konon, di jaman modern ini, para istripun seringkali ingin punya kuasa dalam rumah tangga. Jadi sebetulnya ego ini bisa dipunyai oleh suami maupun istri.
Nah, lagu ini mengajarkan pasutri untuk berbagi. Berbagi masalah, bekerjasama dalam penyelesaiannya, dan tak lupa menghargai peran pasangan. Sang suami disini bilang, “Butuh kasih sayang, butuh kesabaran, rasa takut, bahkan penderitaan untuk berubah. Dan kalau kita sudah berjanji mau berubah, siapa juga yang akan merasakan manfaatnya kalau bukan kita sendiri. Makanya, kita harus berdua melakukan perubahan.”
Sabar itu penting dalam rumah tangga. Betapa tidak, menyatukan dua manusia yang berbeda dalam satu kehidupan pasti menimbulkan pergesekan. Dan kalaupun berdua sudah saling paham dan mengenal pasangan masing-masing, maka masalah tak lama kemudian pasti akan datang. Derita lahir batin dan takut kehilangan [bisa harta maupun jiwa] biasanya akan mengikuti. Penyelesaian masalah hanya akan tercapai dengan mengedepankan sabar dan kasih sayang, karena tanpa keduanya niscaya perceraian akan menunggu diambang pintu. Jangan sampai terjadi itu!
THE BAKER’S WIFE
You’ve changed, you’re thriving
There’s something about the woods
Not just surviving
You’re blossoming in the woods
At home I’d fear we’d stay the same forever
And then out here
You’re passionate, charming, considerate, clever!
Sang istripun sekali lagi memuji suaminya yang makin bijaksana. “Kamu tidak hanya mampu bertahan di hutan ini, tapi kamu benar-benar beda. Mungkin ada keajaiban di hutan ini. Kamu seperti bunga yang tumbuh mekar. Jauh lebih baik!”
Kehidupan rumah tangga memang acap kali membosankan. Masing-masing sudah tahu perangai pasangan dalam menghadapi keseharian yang rutin tanpa perubahan. Ini bukannya hal buruk sebetulnya, tapi mau diakui atau tidak, seringkali kita sebagai manusia ingin merasakan bahagia yang lebih dari sekedar hidup yang teratur.
Alkisah setelah melalui berbagai halang rintang dalam berpetualang, sang istripun akhirnya bisa melihat pribadi menakjubkan dari sang suami. Kekhawatirannya akan kebosanan dalam rumah tangga hilang sudah. “Kamu ternyata bisa penuh semangat, penuh pesona, penyayang, dan cerdas!”, puji sang istri.
Disini yang dibutuhkan adalah positive thinking. Pasangan kita bisa berubah jauh membaik, tapi kalau kitanya sendiri masih sibuk melihat segala negativitas dalam perangainya maupun dalam hidup kita sendiri, maka tak akan terlihat perubahan apapun. Kebosanan akan tetap bersinggasana, dan rasa kecewa akan tetap berkuasa. Butuh rasa syukur. Dan kita harus rajin mencari hal-hal yang bisa kita syukuri dalam berumah tangga, terutama dalam kebaikan pasangan kita.
THE BAKER
It takes one to begin
But then once you’ve begun
It takes two of you
It’s no fun
But what needs to be done you can do
When there’s two of you
If I dare
It’s because I’m becoming aware of us
As a pair of us
Each accepting a share of what’s there
Sang suami kembali menekankan, bahwa kerjasama dalam rumah tangga itu sangat penting. “Memang butuh kemauan diri sendiri dulu untuk memulai perubahan. Tapi dalam implementasinya, tak ada pilihan lain, kita harus berdua melakukannya. Nggak gampang memang”, katanya.
Hidup ini tak pernah lepas dari masalah. Cobaan seringkali datang di saat yang tidak kita sangka, dan tidak pula kita inginkan. Tapi apa mau dikata, masalah harus dihadapi, tidak bisa melulu dihindari. Kita biasanya menghindar karena merasa diri tak akan mampu menghadapinya. Rasanya dengan perangai kita yang biasanya, masalah itu tidak akan bisa kita atasi. Disinilah kita butuh berubah. Butuh berani berubah.
Sang suamipun mengaku, bahwa kalau dia sekarang tampak sebagai pemberani, itu hanyalah karena dia mulai sadar adanya kerjasama suami dan istri, berdua bersama. Bahwa ada dua orang disini. Bahwa dia tidak sendiri. Masing-masing punya andilnya dalam membantu menyelesaikan masalah apapun dalam rumah tangga. Jadi, kenapa musti takut?
THE BAKER AND HIS WIFE
We’ve changed, we’re strangers
I’m meeting you in the woods
Who minds? What dangers?
I know we’ll get past the woods
And once we’re past
Lets’ hope the changes last
Beyond woods
Beyond witches and slippers and hoods
Just the two of us
Beyond lies
Safe at home with our beautiful prize
Just the few of us
It takes trust
It takes just a bit more and we’re done!
We want four, we had none, we’ve got three!
We need one, it takes two
Sadar sama-sama berubah, sang suami dan sang istri merasa seperti pacaran lagi. Bagai bertemu untuk pertama kali di tengah hutan ini, rasanya menyenangkan sekali. Mereka lebih percaya diri, lebih berani menghadapi tantangan hidup apapun yang nanti akan menghalangi. Mereka berharap perubahan dapat bertahan. Kebaikan yang saat ini terjadi semoga tetap ada hingga nanti berkehidupan normal diluar hutan.
Mereka bangga dengan prestasi penemuan barang yang sudah tercapai bersama. Sebentar lagi mereka akan punya anak sebagaimana dijanjikan sang nenek sihir, mereka sangat gembira. Yang semula tak punya apa-apa, kini punya tiga barang. Yang mereka butuhkan empat barang, jadi sekarang kurang satu. Dan sadarlah mereka, bahwa usaha ini harus tetap dilakukan berdua dan saling percaya. Lirik terakhir di lagu ini secara jenaka bermain-main dengan angka.
Kita harus bisa mempercayai pasangan dalam mengambil keputusan dan tindakan atas nama keluarga. Kita harus yakin bahwa suami atau istri kita dalam memutuskan sesuatu pastilah diambil demi kebaikan rumah tangga. Dengan begitu beban pasti terbagi, kerjasama bisa terasa.
Ah, betapa indahnya berumah tangga! Mari kita cium pasangan kita!